Sabtu, 10 Maret 2012

Pola Asuh Patogenik


Apakah kalian merasa sebagai seorang anak telah di didik dengan baik oleh orang tua sehingga menjadi seperti sekarang ini? ataukah anda merasa bahwa orangtua anda tidak mendidik dengan baik sehingga membuat anda yang sekarang tidak menjadi jauh lebih baik? atau anda sebagai orangtua merasa telah mendidik anak dengan baik? dengan pola asuh yang anda terapkan apakah si anak menjadi anak yang anda harapkan atau tidak?

Setiap orangtua memiliki gaya mengasuh anak yang berbeda-beda, ada orangtua yang merasa nyaman dengan pola asuh orangtuanya dahulu kemudian menerapkan kepada anaknya, tetapi ada orangtua yang merasa tidak nyaman dengan pola asuh yang diterimanya, maka untuk mendidik anaknya dia bisa lebih baik lagi.

Baumirnd (Santrock,2003) menekankan tiga jenis cara dalam pengasuhan, yaitu:

1.      Authoritarian

Yaitu gaya pengasuhan yang membatasi dan bersifat menghukum, yang menuntut anak untuk mengikuti petunjuk orang tua tanpa disertai penjelasan dan kesempatan pada anak untuk mengutarakan keinginannya. Orangtua seperti ini membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anaknya dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Komunikasi dalam pola asuh ini bersifat satu arah, yaitu bersumber hanya dari orangtua.

2.     Authoritative

Pola pengasuhan ini mendorong dan membebaskan anak tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan atau perilaku anak. Dalam pola pengasuhan ini, komunikasi yang terjadi bersifat dua arah yaitu dari orangtua kepada anak dan anak kepada orangtua.

3.     Permissive

Ada dua macam pengasuhan permisif, yaitu permisif memanjakan dan permisif tidak peduli (Maccoby & Martin). Gaya pengasuhan permisif tidak peduli adalah suatu pola asuh orangtua sangat tidak ikut canpur dalam kehidupan anak. Orangtua dengan gaya seperti ini biasanya tidak peduli anaknya bergaul dengan siapa dan selalu bermain dimana. Sedangkan gaya pengasuhan permisif memanjakan adalah suatu pola dimana orangtua sangat terlibat dengan anak tetapi sedikit menuntut atau mengendalikan mereka. Orangtua yang bersifat permisif memanjakan akan mengijinkan anak melakukan apa yang mereka inginkan.

Selain ketiga pola asuh yang dijelaskan oleh Baumirnd, terdapat salah satu pola asuh yang juga mempengaruhi perkembangan anak dan perlu di waspadai oleh para orangtua untuk mendidik anaknya. Pola asuh tersebut adalah pola asuh patogenik. Pola asuh patogenik adalah pola asuh yang tidak sehat sehingga memicu anak menunjukan perilaku menyimpang. Ada beberapa kriteria pola asuh patogenik, diantaranya adalah:

1.      Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya.

Dalam kriteria yang pertama ini, orangtua memberikan pengawasan yang berlebihan kepada anak, sehingga orangtua terkesan overprotective. Misalnya orangtua selalu menemani anak berpergian kemana saja atau selalu menelpon anaknya setiap satu jam sekali untuk memastikan bahwa dia dalam keadaan baik-baik saja.

2.     Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”.

Disini orangtua bersikap otoriter, anak harus selalu menurut kepada apa yang dikatakan dan diinginkan orangtuanya. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja, dari orangtua kepada anaknya.

3.     Penolakan (rejected child).

Orangtua tidak mengharapkan kehadiran seorang anak, sehingga orangtua bersikap cuek tetrhadap anaknya. Misalnya, seorang ayah yang menginginkan anak laki-laki tetapi yang lahir adalah anak perempuan sehingga anak menjadi merasa tidak dianggap oleh keluarganya dan terasingkan.

4.     Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.

Misalnya orangtua yang terlalu religius, mereka akan mendidik anaknya dengan aturan-aturan agamanya. Sebagai contoh, orangtua yang memiliki anak perempuan tidak boleh pacaran karena di dalam ajaran agamanya pacaran itu dilarang.

5.     Disiplin yang terlalu keras.

Misalnya orangtua membuat peraturan anak dalam kesehariannya, dan tidak memberikan waktu main selain hari libur. 

6.     Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan .

Terdapat perbedaan peraturan antara ayah dan ibu, misalnya ayah melarang anaknya untuk pulang lebih dari jam 7 malam, sedangkan ibunya mengizinkan anaknya pulang lebih dari jam 7 malam. Hal yang seperti ini akan membuat anak bingung harus menuruti perintah siapa.

7.     Perselisihan antara ayah-ibu.

Seorang anak yang selalu melihat orangtuanya bertengkar akan akan memberikan dampak psikologis pada anak. anak akan lebih agresif terhadap orang-orang sekitar karena sering melihat adanya perselisihan yang terjadi antara ayah dan ibunya. 

8.    Perceraian.

Orangtua yang bercerai akan memberikan dampak atau trauma yang mendalam terhadap anak. anak akan lebih hati-hati atau bahkan takut dalam memilih pasangan nantinya.

9.     Persaingan yang kurang sehat diantara para saudaranya.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Misalnya seorang kakak yang  memiliki kecerdasan lebih, dalam bidang akademik dia mendapatkan prestasi yang sangat baik. Sedangkan adik memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja. Orangtua akan memberikan perhatian yang lebih kepada kakak untuk menunjang peningkatan prestasinya, memberikan pujian-pujian serta kasih sayang lebih. Disini akan terjadi kecemburuan pada seorang adik. Adik akan melakukan berbagai cara untuk mendapat perhatian lebih sebagimana orangtu memberikan perhatian kepada kakaknya.

10.      Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang membentuk bagaimana kepribadian seorang anak. Anak akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Sebagai contoh orangtua yang selalu berkata kasar atau berperilaku kasar, maka anak akan menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya merupakan sesuatu hal yang biasa dan meniru apa yang dilakukan orangtuanya.

11.  Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak).

Misalnya, ayah sangat menginginkan anaknya menjadi dokter tetapi anak tidak mempunyai minat dan bakat untuk menjadi dokter atau ayahnya dulu sangat menginginkan menjadi dokter tetapi tidak terealisasikan sehingga menuntut anaknya untuk mewujudkan cita-cita ayahnya yang tidak tersampaikan tanpa mendengarkan persetujuan dari anaknya. 

12.       Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-psikotik).

Orangtua yang memiliki gangguan jiwa akan memberikan dampak psikologis pada perkembangan anak. Karena orangtua tersebut tidak dapat memberikan hal-hal yang sebagaimana pada umumnya  orangtua lain berikan kepada anak, dan hal tersebut membpengaruhi perkembangan psikologis pada anak.

Begitulah kriteria pola asuh patogenik, bagi para orangtua atau calon ayah dan ibu hendaknya perhatikan lagi bagaimana penerapan pola asuh yang akan diterapkan kepada anaknya karena hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak. Atau jika anda merasa orangtua anda memiliki pola asuh dengan kriteria yang diatas, segeralah perbaiki hubungan anda dengan orangtua, jika anda tidak bisa mengubahnya, silahkan anda berkonsultasi dengan psikolog terdekat, tidak ada kata terlambat jika memang anda ingin merubahnya, as soon as posible ;).

referensi:
Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Ed. 6. Jakarta: Erlangga.
Maramis, W.F. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar