Tujuan sidang kali ini adalah untuk
membuktikan apakah Breivik mengalami gangguan jiwa atau tidak.
Dalam sidang sebelumnya, Jumat
(20/4), Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoeya yang saat itu dipenuhi
pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai Buruh.
Sebelum menembak korban pertamanya,
Breivik menuturkan dia mendengar '100 suara' di kepalanya agar mengurungkan
niatnya itu.
Namun, setelah sempat ragu, dia
akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
Breivik menjelaskan dia mengisi
ulang senjatanya saat kehabisan peluru.
"Semua memohon agar tidak
dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata Breivik.
Beberapa orang, lanjut Breivik,
berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak mereka.
Breivik melanjutkan aksinya di
sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar dari persembunyiannya
dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang untuk melindungi mereka.
Wartawan BBC Steven Rosenberg yang
hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang sidang berubah menjadi
tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.
Mekanisme perlindungan
Sebuah tugu peringatan mengenang
para korban dibangun di Pulau Utoeya, Norwegia.
Breivik mengakui telah membunuh 77
orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan
tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme.
Dia mengatakan telah melakukan
sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo.
"Namun penembakan Utoeya
menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk seperti yang
direncanakan," ujarnya,
Hukuman Breivik tergantung keputusan
pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan menghadapi hukuman
penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa.
Breivik sendiri mengaku dirinya
tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim.
Dalam pernyataan lain di depan
pengadilan, Breivik mengaku dia adalah manusia normal dalam situasi normal dan
sangat peduli dengan orang di sekitarnya.
Dia juga memahami bahwa kesaksian
yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain ketakutan.
Tetapi, lanjut Breivik, dia telah
menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya
melakukan pembunuhan.
Pria berusia 33 tahun itu
menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk
secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.
Saat ditanya apakah dia pernah
merasakan kesedihan, Breivik mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah
situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman
saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.
Analisis
Dalam menentukan apakah seseorang
memiliki gangguan atau hambatan psikologis ada 3 kriteria yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Disfungsi
Psikologis, dimana bagaimana dia menjalani peran dalam kehidupannya, integrasi aspek
kognitif, afektif dan konatif/psikomotor.
2. Distres
atau hendaya, menunjukan pada keadaan merusak dirinya baik secara fisik ataupun
psikologis.
3. Respon
Atipikal, yaitu reaksi yang tidak sesuai dengan budaya yang berlaku.